‘Mengenal Marianus Sae Seorang Pemimpin Pelayan’

Artikel ini Telah di Baca 23 Kali
  • Bagikan
Marianus Sae terlihat di Lokasi tanaman Pohon Jati dan sejumlah tanaman produktif lainnya di lahan warga (foto istimewa)

Fajartimor.com – Pengalaman hidup pahit sering membuat orang frustasi malah depresi. Namun tidak bagi seorang Marianus Sae. Berbekal keuletan disertai ketangguhan, Dia kini hadir sebagai pemimpin yang pelayan.

Adagium Quis Putas, Puer Iste Erit (Akan jadi apa anak ini nanti) mungkin juga layak dialamatkan pada Seorang Marianus Sae.

Saat Bertemu seorang Ibu Marianus Sae pasti memberikan pelukan hangat sebagai seorang anak. Karena Baginya, setiap ibu yang ditemui jelas tampak sosok ibu kandungnya. Begitupun terhadap dia orang tua laki laki ditemukan sosok ayahandanya, juga sesama saudara/ri yang ditemuinya, dia temukan sosok sauadara/ri-nya (foto istimewa)

Faktanya, diumurnya yang baru memasuki empat bulan, Ibu kandungnya dipanggil menghadap Sang Penginisiasi Hidup.

Memasuki usia tujuh bulan, giliran Sang Ayahanda ikut dipanggil Sang Khalik. Marianus kecil lalu diasuh Ayah dan Ibu Angkat. Kebetulan Ibu Angkatnya Yohana Soa adalah saudari dari mamanya.

Di usia tujuh tahun Marianus Sae diambil saudara kandung ibunya (Om), sebut saja Emanuel Maghi, guru di SDK Bejo, Bajawa-Ngada.

Marianus lalu bersekolah di SDK setempat hingga tamat. Namun saat di SMP, Marianus harus ditinggal sendirian, karena omnya Emanuel Maghi mendapat tugas belajar di Kupang.

Marianus Sae kemudian putus sekolah karena ketiadaan dana, dan memutuskan kembali ke kampung halaman di pedalaman Bajawa mengelola kebun peninggalan ayahanda.

Berbekal keberanian dan ketangguhan, Marianus Sae mendirikan pondok kecil seadanya, berdinding bambu dan beratap rumput.

Hidup sebatang kara di lahan pertanian peninggalan ayahandanya lantas membuat Marianus Sae berketetapan hati kembali ke Kota melanjutkan studi.

Menjadi kondektur oto demi mengais rupiah untuk kepentingan pembayaran SPP dilakukan Marianus Sae tanpa malu.

Setelah menamatkan studi di SMP setempat, Marianus Sae lalu bertekad melanjutkan studi di SMA.

Lagi lagi, demi kepentingn makan dan minum juga kebutuhan pembayaran uang sekolah, Marianus Sae bersedia menjadi pekerja kasar sebagai tukang cetak batu bata.

Dari upah kerja yang diharga per-harinya Rp 500 rupiah oleh pemilik usaha, harus berkurang menjadi sebesar Rp 250 rupiah per-harinya, karena dirinya tidak bekerja penuh waktu (seharian suntuk).

Setiap jam empat pagi Marianus Sae sudah harus bangun pagi untuk melakukan aktifitas mencetak batu bata. Sebab jam 12 siang dia harus berada di sekolah untuk mengikuti pelajaran.

Tidur dikelas sudah bukan barang usang buat seorang Marianus Sae sebagai akibat kerja kasar yang digelutinya.

Dipukul, dirajam, dihukum guru karena alasan selalu tidur dikelas menjadi makanan hariannya. Belum lagi ditempat kerja, Marianus Sae selalu diperlakukan kasar. Dipukul, ditendang, dianiaya senior hingga pingsan ditempat kerja lalu disiram dengan air agar siuman dan tidak diketahui pemilik usaha adalah alur perjuangan yang betul dirasakannya kala itu.

Setelah menamatkankan studi di SMA, Marianus Sae lalu hijrah ke Kupang demi satu tujuan yakni mengenyam pendidikan di perguruan tinggi.

Bekerja sebagai buruh bangunan di lakukannya tanpa risih. Usaha kerasnya harus urung karena sejumlah alasan prinsip. Marianus Sae kemudian memutuskan melakukan perjalanan panjang.

Mulanya Marianus Sae mengikuti program Transmigrasi. Daerah tujuannya adalah Daerah Kalimantan. Uniknya berbekal segudang pengalaman, Marianus Sae justru dipercaya warga Translok sebagai Kepala Desa.

Sebagai kepala desa, Marianus Sae rupanya meretas sejumlah kebijakan populis. Alhasil, dibawah kepemimpinannya warga desa translok maju dan berkembang di segala aspek kehidupan.

Setelah selesai masa jabatan kepala desa, Marianus Sae memutuskan kembali ke Kampung halamannya di Bajawa. Berbekal kemampuan komunikasi, Sang Piatu tersebut dipercaya pemerintah setempat mengelola Air panas. Hasil yang dikumpulkan dari pengelolaan air panas di wilayah setempat, disisihkan untuk capaian tujuan besarnya yakni membangun usaha perbengkelan di Bali. Luar biasanya, usahanya justru maju dan berkembang pesat dan berbuah diretasnya perusahaan meubel bertaraf elit. Buktinya, selain mempekerjakan sejumlah pekerja lokal dan luar, usaha meubelnya diminati hotel bertaraf nasional dan internasional. Hotel hotel terkenal dari manca negara baik Perancis, Italia, Spanyol, Norwegia dan masih banyak lainnya justru menjadi pelanggan tetap atau konsumen tetap perusahaan meubelnya.

Dipercaya sesepuh dan tua adat di Bali, disayang warga dan masyarakat setempat adalah ciri lain dari seorang Marianus Sae. Namun dibenaknya, kembali dan membangun kampung halamannya Bajawa adalah tekad besarnya.

Di tahun 2005, niat membangun tanah asalnya ditoreh dengan mengajak warga setempat menanam pohon unggul, membagi ternak sapi, babi, kambing dengan sistim usaha berkelompok disertai pola pembagian hasil secara berimbang tanpa meninggalkan kesan minor.

Cita cita membangun tanah asalnya rupanya berbuah manis, di tahun 2010 Marianus Sae didapuk rakyat Ngada sebagai Bupati Kepala Daerah dengan angka perolehan suara signifikan jauh meninggalkan lawan lawannya termasuk Bupati Petahana Pit Nuwa Wea kala itu.

Semenjak menjadi Bupati banyak kebijakan digagas Marianus Sae. Pendidikan, Ekonomi, Kesehatan dan Percepatan Pembangunan Infrastruktur Jalan menjadi fokus perhatiannya.

Berikut berbagai cara kepemimpinan yang dilakukan oleh Marianus Sae yang berhasil didapat fajartimor diantaranya adalah mendengar, berempati, kesadaran, pengarahan, keefektifan, mengambil risiko, berjiwa melayani, mengobati/menyembuhkan, berinovasi dan persuasi/bujukan yang meyakinkan.

*. Mendengar : Marianus Sae diketahui sebagai tipe pemimpin yang mau mendengar keluhan warga, masukan masukan prinsip warga dan elit. Hal itu justru terlihat jelas di masa kepemimpinannya, dua hari yang sudah dikususkan disiapkan Marianus Sae untuk ada bersama warga, entakah itu di rumah jabatan, di rumah warga juga dikebun warga.

*. Berempati. Marianus Sae adalah tipe pemimpin yang begitu besar empatinya kepada warga yang berkekurangan. Buktinya ketika ada yang mengeluh, Marianus Sae pasti hadir dan memberikan support berarti.

*. Kesadaran. Marianus Sae, dikenal sebagai pemimpin yang bertipikal berkesadaran tinggi. Faktanya semenjak menjabat bupati Ngada mobil dinas yang dipakainya adalah mobil kijang. Karena dibenaknya apalah artinya pemimpin bermewah mewah sementara rakyat lagi ada dalam kungkungan kesusahan. Lainnya yang unik adalah ketika berkunjung secara diam diam ke daerah kecamatan dan desa, warga yang terlihat berjalan kaki diajak naik lalu diantar ketempat tujuan.

*. Pengarahan. Kepada para pembantunya (OPD), Marianus Sae selalu mengedepankan komunikasi dua arah. Diketahu juga Marianus Sae selalu mengarahkan OPD dengan hadir awal di Kantor Bupati. Banyak pegawai yang mengaku kalau Bupati Marianus Sae sudah berkantor semenjak jam 5 atau jam 6 pagi.

*. Keefektifan. Semenjak menjabat Bupati Ngada, efektifitas penggunaan anggaran, kerja terukur Organisasi Perangkat Daerah (OPD) menjadi perhatian seriusnya. Banyak anggaran yang tidak jelas peruntukkanya dipangkas dan dialokasikan untuk capaian layanan Pendidikan, Kesehatan, Ekonomi dan Percepatan Pembangunan Infrastruktur Jalan.

*. Mengambil Resiko. Marianus Sae dikenal warganya sebagai pemimpin yang siap mengambil resiko apapun terkait dengan pelayanan yang prima kepada warga dan masyarakat Ngada. Ambil misal, jalan ke area perkampungan warga yang secara kasat mata sulit dilalui kendaraan dinas bupati dan pejabat justru sang pemimpin pelayan tersebut menilai sebagai yang belum apa apa dan sangat bisa dilalui kendaraan. Bahwa hasilnya kendaraan hancur bukan tujuannya karena tujuan utamanya yakni bisa mendapati warga untuk mengetahui seperti apa persoalan dasar warga.

*. Berjiwa Melayani. Marianus Sae terkadang sendirian bepergian dengan mobil kijang sambil menyembunyikan identitasnya. Buktinya banyak hal unik yang dilakukan diantaranya, mengangkat karung warga berisi jagung dan lainnya yang lagi dipinggir jalan dan kemudian dibawah ke rumah warga tersebut. Lainnya, menyamar sebagai pelayan pengisian bensin eceran. Hal itu dilakukan untuk mengetahui proto tipe warga juga PNS setempat dan masih banyak lainnya.

*. Mengobati/Menyembuhkan. Karena punya pengalaman pahit semasa kecil dan semasa sekolah, Marianus Sae hadir menyembuhkan warganya yang ketiadaan uang menyekolahkan anak anaknya. Faktanya, setiap tahunnya, 5000 siswa dibiayai pemerintah Ngada mengenyam pendidikan setingkat perguruan tinggi. Sementara yang SMA di kasih insentif siswa berprestasi sebesar Rp 2, 500.000. Sumber pendanaannya dari penghematan anggaran termasuk yang bersumber dari prosentasi 30 persen PBB (pajak bumi dan bangunan) yang diberikan kepada kepala daerah.

*. Berinovasi. Sepanjang memimpin Ngada, Marianus Sae dikenal warga dan para pembantunya (OPD) sebagai pemimpin multi talenta. Disaat terjepit dalam urusan dengan pelayanan kepada masyarakat Ngada juga warga Manggarai Timur, akselerasinya begitu cepat dan solutif. Buktinya saat memantau layanan kesehatan dari dokter ahli yang didatangkan dari Jawa, warga yang masih antri justru ditinggal pergi sang dokter. Marianus Sae lalu berinisiatif ke bagian MCK pustu setempat. Dan yang didapatnya benar. MCK yang tidak higienis. Marianus Sae kemudian memutuskan membiayai anak anak lokal mengambil studi kedokteran. Alasannya sederhana, dokter dokter lokal akan siap menerima apapun keadaan warga dan masyarakat lokal saat memberikan pelayanan medis.

*. Persuasif. Murah senyum, pandai berkomunikasi dan sering meluangkan waktu luang bersama warga dan masyarakat pinggiran adalah keunggulan seorang Marianus Sae. Seiring perjalanan kepemimpinannya, Marianus Sae dinilai sebagai pemimpin yang pelayan. Dan ini modal besarnya demi mendapatkan simpati rakyat menuju kepemimpinan NTT I yang akan dibuktikan pada pemilukada Gubernur dan Wakil Gubernur tahun 2018. (ft/boni)

  • Bagikan